Presiden Joko Widodo, menteri pemerintahannya, Anis Basvedan, Gubernur Jakarta, dan rekan-rekannya di provinsi tetangga Panten dan Jawa Barat telah disalahkan atas “ketidakpedulian” terhadap polusi udara permanen di ibu kota Indonesia. Dengan vonis bersejarah ini, pengadilan Jakarta baru-baru ini menguatkan kasus gerakan sipil Coliseum Ibu Kota.
Para hakim memutuskan bahwa politisi telah berbuat sangat sedikit untuk melawan emisi dari jutaan mobil dan pembangkit listrik tenaga batu bara di provinsi-provinsi tetangga. Ketua Mahkamah Agung Saifuddin Zuhri mengatakan saat vonis dijatuhkan, negara dan pemerintah melanggar hak konstitusional atas udara bersih.
Pemerintah dihimbau untuk menurunkan nilai batas baku mutu udara nasional sebagai langkah awal untuk meringankan keadaan tersebut. Persyaratan di Indonesia sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya dan dibandingkan dengan persyaratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pengadilan menginstruksikan Menteri Kesehatan Pudi Gunadi Satikin untuk mendukung pemerintah kota Jakarta dalam merumuskan “rencana aksi” untuk pengendalian pencemaran udara. Para ahli memperkirakan bahwa 5,5 juta penyakit disebabkan oleh udara yang tercemar setiap tahun, dengan biaya $ 477 juta.
WHO menganggap konsentrasi debu lebih dari 25 mikrogram per meter kubik udara selama 24 jam berbahaya bagi kesehatan. Standar nasional Indonesia sebelumnya hampir tiga kali lebih tinggi yaitu 65 mikrogram per meter kubik. Tahun ini diturunkan menjadi 55 mikrogram, tapi ini lebih tinggi dari rekomendasi WHO. Nilai sebenarnya terkadang melebihi nilai batas tertinggi.
Ibukota atau wilayah metropolitan Indonesia, yang meliputi bagian dari provinsi tetangga dan berpenduduk sekitar 34 juta jiwa, merupakan salah satu dari lima wilayah metropolitan. Dengan kualitas udara terburuk di dunia. Itu sering ditutupi dengan asap berbahaya. Menurut para ahli, sebelas juta kendaraan, termasuk delapan juta moped, diganggu setiap hari oleh angkutan umum lokal melalui Jakarta. Dan rata-rata 480 mobil dan 1.500 moped ditambahkan setiap hari.
Politisi Indonesia belum menyadari konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi dari polusi udara. Ketika Coliseu Ibu Kota mengajukan gugatannya pada tahun 2019, Anees, Gubernur Jakarta, mengatakan: “Sekarang orang yang mengeluh juga berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara.” Dan Rahmat Effendi, Walikota Pegasi, kota tetangga Jakarta, dengan senang hati mengumumkan. “Kebanggaan.” Kemacetan lalu lintas karena merupakan tanda pertumbuhan ekonomi yang pesat. Presiden Widodo ingin membangun berbagai isu lingkungan di Jakarta Ibukota baru di negara tetangga Kalimantan Untuk bergulat.
Perluasan angkutan umum lokal ke lebih dari empat juta komuter setiap hari menunjukkan sedikit peningkatan. Sejak pertengahan 1980-an, 25 rencana yang baik untuk membangun transportasi umum yang solid telah gagal karena efisiensi, korupsi, ketidaktahuan, dan kebingungan yurisdiksi. Konstruksi dibatalkan pada tahun 2007 setelah bentrokan antara perusahaan konstruksi dan pejabat terkait lebih dari 90 pilar beton dari monorel yang pernah direncanakan, sebuah kesaksian yang jelas tentang langit di atas Jakarta.
Masalah itu diperparah saat Jakarta menghapus High Occupancy Vehicle System (HOV) pada 2016, yang diperkenalkan dua dekade lalu. Ide sederhana: Setidaknya tiga penumpang perlu menyiapkan kolam mobil jika mereka ingin menggunakan jalan utama di dalam kota pada waktu-waktu tertentu dalam sehari. Sebuah tim peneliti di Massachusetts Institute of Technology telah membantah klaim politisi bahwa HOV gagal dalam sebuah penelitian. Sebaliknya, sistem ini akan sedikit mengurangi lalu lintas perkotaan.
A Ray of Hope adalah bagian pertama dari terowongan sepanjang 16 kilometer, yang dibuka pada Maret 2019. Bukan kebetulan bahwa fitur mereka diberi nama “Ratanga”, “kereta” Jawa. Sedikit demi sedikit, jaringan akan diperluas hingga 100 kilometer.
Tapi itu saja tidak akan menyelesaikan masalah. Namun, pertarungan hukum terus berlanjut karena pemerintah Indonesia, tidak seperti Gubernur Anees, telah mengajukan banding. Jadi, bahkan setelah wabah korona, masker pernapasan akan tetap menjadi bagian dari pemandangan kota Jakarta.
More Stories
The Essential Guide to Limit Switches: How They Work and Why They Matter
Kemiskinan telah diberantas melalui pariwisata
Beberapa minggu sebelum pembukaan: Indonesia berganti kepala ibu kota baru