Berita Utama

Berita tentang Indonesia

Perang Timur Tengah mengancam perekonomian

Perang Timur Tengah mengancam perekonomian

DrPerang di Timur Tengah mengancam perekonomian global yang masih harus menghadapi krisis pandemi dan dampak perang agresi Rusia. Kekhawatiran mengenai masalah ini mengaburkan suasana pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, yang berakhir pada akhir pekan di Marrakesh, Maroko.

Salah satu kekhawatirannya adalah harga minyak dan gas bisa naik dengan cepat dan kembali menyebabkan inflasi. Pada hari Jumat, harga satu barel minyak mentah Brent naik 4 persen dari hari sebelumnya dan melampaui batas harga $90. Wakil Presiden Dana Moneter Internasional Gita Gopinath mengatakan kenaikan harga minyak mentah sebesar 10% tercermin pada angka inflasi setahun kemudian, dengan kenaikan sebesar 0,4%, sementara output ekonomi sedikit turun.

Dunia sedang menghadapi sejumlah guncangan, termasuk konflik di Timur Tengah dan dampaknya terhadap harga energi. Iran, pendukung utama teroris Hamas, mampu meningkatkan produksi minyaknya dalam beberapa tahun terakhir meskipun ada sanksi. Qatar, yang menyediakan perumahan bagi para pemimpin Hamas, adalah salah satu produsen gas terpenting.

Tidak ada kesepakatan di Dana Moneter Internasional

Perpecahan geopolitik juga terlihat di Dana Moneter Internasional (IMF), yang negara-negara anggotanya tidak dapat menyepakati pernyataan akhir. Klasifikasi perang agresi yang dilakukan Rusia membuat sulit mencapai konsensus. Secara terpisah, Komite Moneter dan Keuangan Internasional, sebuah panel yang terdiri dari 24 direktur eksekutif, mengatakan telah menyetujui peningkatan kuota yang signifikan pada akhir tahun ini. Kuota tersebut sesuai dengan modal yang disediakan oleh negara-negara anggota kepada IMF, dan pada saat yang sama sesuai dengan hak suara. Peningkatan ini bertujuan untuk menggantikan sumber-sumber pendanaan alternatif, yang menurut pendapat Komite, baru-baru ini memainkan peran yang sangat besar dalam mendanai Dana tersebut.