Satu orang tewas dalam gempa bumi kuat yang melanda pulau Jawa utama di Indonesia. Menurut laporan setempat, setidaknya dua orang lainnya terluka. Banyak rumah dan bangunan umum hancur dan kepanikan terjadi di beberapa bagian pulau padat penduduk tersebut.
Layanan Seismologi AS (USGS) melaporkan kekuatan gempa mencapai 5,8. Pusat gempa berada 84 kilometer barat daya Desa Pampangliboro, Kabupaten Bantul, Kesultanan Yogyakarta. Itu terjadi di kedalaman 86 kilometer.
Juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Indonesia mengatakan seorang pria berusia 67 tahun melarikan diri karena panik dan pingsan. Dia meninggal karena luka-lukanya. Setidaknya dua warga lainnya terluka.
Tidak ada risiko tsunami, dan gempa susulan mungkin terjadi
Menurut juru bicara tersebut, bangunan yang rusak meliputi sedikitnya 93 bangunan tempat tinggal, serta fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, tempat ibadah, dan fasilitas pemerintahan di Kota Yogyakarta dan provinsi tetangganya, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan tidak ada risiko tsunami. Namun gempa susulan mungkin saja terjadi. Badan tersebut menyimpang dari informasi USGS, untuk sementara waktu memberikan kekuatan gempa sebesar 6,4. Penyimpangan pada pengukuran awal Gempa bumi Bukan hal yang aneh.
Satu orang tewas dalam gempa bumi kuat yang melanda pulau Jawa utama di Indonesia. Menurut laporan setempat, setidaknya dua orang lainnya terluka. Banyak rumah dan bangunan umum hancur dan kepanikan terjadi di beberapa bagian pulau padat penduduk tersebut.
Layanan Seismologi AS (USGS) melaporkan kekuatan gempa mencapai 5,8. Pusat gempa berada 84 kilometer barat daya Desa Pampangliboro, Kabupaten Bantul, Kesultanan Yogyakarta. Itu terjadi di kedalaman 86 kilometer.
“Penggemar twitter yang bangga. Introvert. Pecandu alkohol hardcore. Spesialis makanan seumur hidup. Ahli internet.”
More Stories
Wanita kaya merangsang pariwisata kesehatan
Hari pertama Piala Dunia di Singapura dibatalkan karena buruknya udara
Asap mematikan menyelimuti Indonesia – DW – 28 Oktober 2015