JAKARTA (Lenteratoday) – Film Koaksi Indonesia Kembali Kembali “Climate Witness” telah diproduksi dan dirancang sebagai wilayah lokal negara bagian Nusa Tenggara Timur (NTT). Proses pembuatan film diproduksi oleh beberapa pihak yang bergerak dibidang iklim yakni Koalisi Sipil, Koalisi Adaptasi, Koalisi Kopi, serta Koalisi Pangan Baik.
Koaksi Indonesia adalah organisasi luar biasa yang dirancang sederhana dan sederhana untuk memberikan solusi dan ide inovatif yang berkontribusi pada pembangunan banyak bangunan tempat tinggal di negara nusantara.
“Tahun lalu, film ‘Climate Witness’ yang dirilis 40 negara di Indonesia berbasis daerah setempat, baru-baru ini diluncurkan untuk kampanye tersebut,” kata Direktur Program Koaksi Indonesia, Verena Puspawardani, di akhir, pada 1 April. 2024.
Film produksi Pelonkoran “Climate Witness” diputar di Koaksi Indonesia dan memotret kemanusiaan dan makhluk hidup di Jakarta Baru. Peluncuran film dikemas dalam diskusi dengan mengusung tajuk Ekspresi Aksi Iklim Bersama Masyarakat Urban
Film ini diproduseri oleh Ketua Bank Sampah Gunung Emas Vera Nofita, Direktur Riset dan Pengembangan PT Biops Agrotekno Indonesia Muhammad Maulana Malkul Ikram, Direktur Keberlanjutan Teens Go Green Indonesia Sefa Fauzia dan Ridwan Arif Silaku Koordinator Program VCA Koalisi Sipil, Koaksi Indonesia.
Terkait hal tersebut, Redwan Arif berpartisipasi dalam program Voices for Fair Climate Action (VCA) di 7 negara Sudan Selatan, seperti Bolivia, Paraguay, Brazil, Tunisia, Kenya, Zambia, dan Indonesia. Koaksi Indonesia dalam hal ini diketuai oleh Yayasan Humanis. Program VCA meningkatkan kemampuan, meningkatkan kemampuan kerja dan berkontribusi terhadap pengembangan kemampuan Anda.
“Salah Sato merupakan salah satu kegiatan yang dimuat di Kwaksi Indonesia, yaitu film populer, dokumentasi, dan promosi praktis. Memberikan gambaran bahwa masyarakat lokal melakukan aksi-aksi iklim,” jelas Ridwan.
“Ridwan” bertajuk “Saksi Iklim” dirilis di NTT, diambil dari nama negara Indonesia. Melalui film merupakan film yang dikembangkan oleh negara tingkat tapak nasional. Sebuah film diciptakan di Jadi Pemantik Semangat, Jalur Negara Indonesia yaitu Yang Dekimas untuk membela hak asasi manusia di tingkat lokal dan nasional.
Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak orang mengerahkan upaya dan keterampilan terbaik mereka, menikmati perekonomian yang diciptakan oleh mereka. Daerah perkotaan dan pedesaan Berbeda, Damaknya pun Berbeda-Beda.
Baru-baru ini Vera Novita bergabung dengan Bank Sambah Gunung Emas yang membiayai Bank Nasional Samba 2023 melalui Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar. Samba Bank Gunung Emas diterbitkan pada tahun 2014 dalam rangka memperoleh pinjaman dengan berbisnis di rumah guna memperoleh dana melalui Samba Bank.
“Kami awalnya ingin bisnis tetap berjalan, tidak ada masalah, kami hanya bisa membuat produk melalui beberapa perusahaan. Sebagian besar golongan besar memakan Rp50 Ribu per minggu, saya doong mereka bisa menabung, menabung sampah,” ujar Vera.
Verify memaparkan tujuan aksinya adalah membuka pola pikir khususnya para perempuan, menurutnya untuk megatur hidup maka kelolalah sampah.
“Bengazilan Mitra Bank adalah bank Yang Minkabay Rp2 utah di wilayah tersebut, yang menjalankan bisnis, membangun Sudah Hadir Milalloy Piperapa Kebijakan, yang mengkhususkan diri dalam menyediakan layanan khusus dalam pembangunan perumahan dan usaha kecil,” kata Vera.
Reporter: Sumitro|Editor: Arifin BH
More Stories
Para migran tinggal di pulau tropis terpencil: ‘Terkadang mereka merasa sedikit kesepian’
Pekan Film Indonesia di FNCC – Allgemeine Zeitung
Seorang binaragawan meninggal setelah mengalami kecelakaan menggunakan dumbel seberat 210 kg