Ribuan kebakaran yang disebabkan oleh tebang-dan-bakar pertanian telah terjadi di Indonesia selama hampir tiga bulan. Di Pulau Sumatera dan Kalimantan, para petani dan peternak “membersihkan” lahan mereka dengan cara ini. Seringkali mereka tidak memiliki izin untuk melakukan hal tersebut, namun pemerintah bertindak tanpa daya.
25 juta orang terkena dampaknya
Menurut Kementerian Kesehatan, lebih dari setengah juta orang menderita akibat asap tajam. Pihak berwenang kini harus meninjau kembali jumlah orang yang meninggal akibat polusi udara yang tak terhitung jumlahnya, sehingga jumlahnya menjadi 19 orang. Secara total, sekitar 25 juta orang Indonesia terkena dampak polusi udara. Kepulan asap kini telah mencapai ibu kota, Jakarta, di pulau tetangga, Jawa.
Sebagaimana diumumkan Kementerian Kehutanan RI, sejauh ini lebih dari 1,7 juta hektar lahan telah rusak. Banyak sekolah di Sumatera dan Kalimantan yang ditutup. Banyak penerbangan dibatalkan. Para ahli mengatakan Indonesia telah melepaskan lebih banyak karbon dioksida yang merusak iklim dibandingkan seluruh Amerika Serikat sejak bulan September. Citra satelit menunjukkan sepertiga wilayah Indonesia tertutup kabut asap. Negara tetangga, Malaysia dan Singapura, juga mengalami masalah partikulat dalam jumlah besar.
Liburan di kapal perang?
Otoritas Pengendalian Bencana kini ingin memberikan layanan pemulihan kepada banyak pasien di kapal perang. Seorang juru bicara mengumumkan bahwa 11 kapal sedang menuju ke daerah krisis. Mereka harus melaut bersama mereka yang terkena dampak. Dalam jangka pendek, hujan yang turun di Sumatra pada hari Rabu juga membawa sedikit perbaikan pada situasi. Tapi mungkin itu hanyalah “setetes air di lautan” yang sering dikutip.
se/hebat (afpe, dpae)
“Penggemar twitter yang bangga. Introvert. Pecandu alkohol hardcore. Spesialis makanan seumur hidup. Ahli internet.”
More Stories
Wanita kaya merangsang pariwisata kesehatan
Hari pertama Piala Dunia di Singapura dibatalkan karena buruknya udara
Indonesia: Situasi penyandang disabilitas intelektual masih genting