Menurut laporan “Google, Temasek & Bain, e-Conomy SEA 2020”, pandemi Covid-19 saat ini telah mempercepat penggunaan layanan digital: 37 persen dari seluruh konsumen layanan digital pada tahun 2020 adalah pengguna baru ekonomi digital. 93 persen dari pengguna ini menyatakan bahwa mereka akan terus menggunakan layanan digital ini. Laporan tersebut memperkirakan bahwa ukuran ekonomi digital Indonesia – berdasarkan nilai total barang – akan tumbuh dari $44 miliar pada tahun 2020 menjadi $124 miliar pada tahun 2025 dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 23 persen.
Kuartet dari empat unicorn yang dikenal
Permasalahan bagi investor adalah peluang investasi di bidang ini sebelumnya terbatas pada private equity atau modal ventura. Hal itu mulai berubah dengan tercatatnya perusahaan e-commerce Bukalapak (BUKA) di Bursa Efek Indonesia pada Agustus lalu. BUKA adalah salah satu dari empat unicorn yang dikenal di Indonesia. Bersama dengan Gojek-Tokopedia “GoTo” (pemesanan penerbangan, e-commerce), Traveloka (pemesanan perjalanan) dan OVO (pembayaran digital) membentuk Kuartet.
Di tengah animo yang besar dari investor, harga saham BUKA awalnya naik 55%. Sementara itu, dia kembali ke harga IPO. Perusahaan e-commerce yang masih belum menguntungkan ini memiliki 105 juta pengguna terdaftar dan sebagian besar berfokus pada pengecer kecil. Bloomberg Intelligence melaporkan bahwa Buka memiliki 7,5 persen pangsa pasar e-commerce Indonesia, di belakang dua perusahaan besar dan mapan Shopee – divisi e-commerce SEA Ltd – dan Tokopedia. Menurut Statista, Bukalapak tertinggal jauh di posisi ketiga dengan hanya sepuluh persen dari volume lalu lintas bulanan Tokopedia. Koreksi mungkin disebabkan oleh valuasi karena BUKA diperdagangkan pada kelipatan lebih tinggi daripada beberapa pesaingnya yang jauh lebih besar.
Sistem pengereman dan epidemi
Mengingat ukurannya dan posisinya yang terdepan di berbagai industri, IPO GoTo adalah salah satu yang ditunggu-tunggu pasar. Menurut laporan, penawaran umum perdana telah didorong kembali ke 2022: Regulator Indonesia sedang mempertimbangkan untuk mengubah aturan pencatatan untuk memungkinkan saham dua kelas dan hak suara yang berbeda. Dengan nilai hampir $40 miliar, GoTo adalah salah satu perusahaan teknologi terkemuka di Asia Tenggara yang bersaing untuk platform dominan di kawasan ini dengan raksasa lain SEA Ltd dan Grab – yang bertujuan untuk merger SPAC.
Traveloka telah melakukan pembicaraan untuk bergabung dengan Bridgetown SPAC milik Peter Thiel dan Richard Li, tetapi dilaporkan telah melanggar negosiasi dan sebagai gantinya akan melanjutkan daftar regulernya di NASDAQ. Peringkat Traveloka mengalami kemunduran karena pandemi sangat berdampak pada pemesanan perjalanan. Perusahaan mungkin menunggu tingginya permintaan perjalanan pascapandemi sebelum go public.
perbankan digital
Fintech adalah sektor lain yang menarik minat investor: Gojek dan dana kekayaan negara Singapura GIC telah berinvestasi di Bank Jago, yang bertujuan untuk menjadi pemain terkemuka di pasar perbankan digital Indonesia. Jago tetap tidak menguntungkan, tetapi harga sahamnya naik 400 persen dari tahun ke tahun karena perusahaan diperkirakan akan melihat pertumbuhan pangsa pasar yang signifikan di tahun-tahun mendatang. Masih harus dilihat apakah Jago akan sukses karena persaingan yang ketat. SEA Ltd. Ini juga telah berinvestasi dalam pemberi pinjaman yang tidak terdaftar di Indonesia, sementara bank-bank Indonesia yang ada juga membangun divisi digital mereka sendiri. Semua perkembangan tersebut menggelitik minat investor, menjadikan Indonesia sebagai negara yang patut diwaspadai.
More Stories
Pasar Saham Menjanjikan: Indonesia yang Diinginkan
Lalu Lintas Udara – Kemungkinan 62 orang tewas setelah kecelakaan pesawat di Indonesia – Ekonomi
Indonesia mengurangi ekspor minyak sawit dan meningkatkan tekanan harga