BASF dan Eramet sedang menjajaki pabrik pengolahan nikel di Indonesia

Grup bahan kimia Jerman BASF dan perusahaan tambang Prancis Eramet akan menyelesaikan kerja sama untuk bersama-sama menginvestasikan $2,6 miliar di pabrik pengolahan nikel di Indonesia. Nikel akan digunakan dalam baterai untuk mobil listrik.

Demikian kesimpulan pernyataan Kementerian Investasi RI, mengutip bos BASF Martin Brudermüller. “Kami ingin mengumumkan bahwa penyelesaian kami dengan Eramet sedang dalam tahap akhir. Keputusan kami diharapkan akan dibuat pada paruh pertama tahun 2023,” kata kementerian tersebut mengutip Brudermüller. Kedua perusahaan mengkonfirmasi kepada Reuters dalam email terpisah bahwa mereka sedang meninjau proyek hidrometalurgi untuk memproduksi nikel dan kobalt tingkat baterai dari tambang Eramet di Teluk Weda, Indonesia, tetapi tidak mengkonfirmasi investasi spesifik apa pun.

Menurut Eramet, tergantung pada keputusan investasi akhir, pabrik bisa mulai berproduksi paling cepat 2026. Kapasitas hingga 67.000 ton nikel dan 7.000 ton kobalt direncanakan. Indonesia juga akan menyelesaikan kesepakatan dengan BYD dan Tesla untuk berinvestasi di pabrik pembuatan mobil listrik, kata seorang menteri senior. Menurut laporan itu, pabrik Tesla di Indonesia bisa dirancang untuk memproduksi satu juta mobil listrik per tahun.

Eramet, sementara itu, mengatakan akan menerima hampir 70 juta euro dalam bentuk hibah UE untuk proyek ReLieVe yang berbasis di Prancis untuk mendaur ulang baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik. Tim telah memulai pembangunan demonstran pra-industri di Eramet Ideas, pusat penelitian dan inovasinya di Tropes, Prancis. Ini dijadwalkan akan beroperasi pada musim panas 2023.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi proses daur ulang dan mempertimbangkan kebutuhan pelanggan dan mitra di masa depan. Eramet berencana membangun pabrik daur ulang di Prancis bermitra dengan kelompok jasa lingkungan Suez.
reuters.com, Eramet.com