Berita Utama

Berita tentang Indonesia

Indonesia kaget: “Bencana ini sebenarnya bisa dicegah”

Indonesia kaget: “Bencana ini sebenarnya bisa dicegah”

Indonesia shock pasca jatuhnya stadion di Pulau Jawa Negara kepulauan Asia dan dunia sepak bola menyampaikan belasungkawa kepada para korban. Pada saat yang sama, muncul pertanyaan tentang siapa yang bertanggung jawab dan konsekuensi dari tragedi tersebut.

Para pemain dan ofisial Arema FC berduka atas korban musibah stadion.

Para pemain dan ofisial Arema FC berduka atas korban musibah stadion.
Gambar yang bagus

Setidaknya 125 orang tewas dan lebih dari 300 orang terluka, beberapa di antaranya luka parah. Bencana terparah sepak bola sempat menggemparkan dunia ketika terjebak terinjak-injak di Stadion Kanjuruhan Malang, Pulau Jawa, Indonesia. “Ini adalah hari kelam dan tragedi yang tak terbayangkan bagi semua orang yang terlibat dalam sepak bola. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman mereka yang kehilangan nyawa setelah peristiwa tragis ini,” kata Presiden FIFA Gianni Infantino. Presiden UEFA Aleksandar Ceferin juga mengungkapkan keterkejutan dan kesedihan mendalam kami atas nama sepak bola Eropa. Paus Fransiskus pun mengungkapkan keterkejutannya yang mendalam. “Saya berdoa bagi mereka yang kehilangan nyawa dan mereka yang terluka dalam bentrokan usai pertandingan sepak bola di Malang, Indonesia,” kata Ketua Gereja Katolik itu.

Pemerintah sedang membentuk satuan tugas untuk menangani apa yang terjadi

Di Indonesia, proses penanganan insiden mematikan baru saja dimulai. Pada Senin (waktu setempat), pemerintah mengadakan pertemuan khusus dengan pejabat senior keamanan. Oleh karena itu, diusulkan penunjukan panel ahli independen untuk memperjelas latar belakang bencana tersebut. Menteri Pertahanan Mohamed Mahfud mengumumkan bahwa ‘panel gabungan pencari fakta independen’ akan terdiri dari pejabat pemerintah, perwakilan asosiasi sepak bola, pakar dan jurnalis. Selain itu, atas instruksi pemerintah, Polri juga harus mulai mengusut pihak-pihak yang bertanggung jawab atas bencana tersebut.

Pertanyaan pentingnya adalah bagaimana tragedi ini terjadi. Kritik keras ditujukan kepada polisi dan aparat keamanan setempat. Sebanyak 42.000 penonton menyerbu lapangan setelah tim tuan rumah Arema FC kalah 3-2 dari Persebaya FC di stadion yang penuh sesak di Malang. Namun karena persaingan sengit antara kedua tim, suporter tim tamu dilarang masuk ke dalam stadion sejak awal. Mereka ingin mengungkapkan rasa tidak senang atas kekalahan tersebut kepada para pemain dan pelatih.


Sangat memprihatinkan bahwa bencana ini sebenarnya bisa dicegah jika polisi menghindari kekerasan yang berlebihan dan tidak diperlukan.

Surat kabar harian Jakarta Post

Layanan darurat dengan perlengkapan keamanan penuh merespons dengan gas air mata besar-besaran dan upaya pentungan untuk memukul mundur para penggemar. Namun muncul pertanyaan mengapa polisi menembakkan gas air mata di alun-alun yang dipenuhi penonton tersebut. Sebab hal ini memicu kepanikan massal dengan akibat yang sangat buruk. Sebagian besar korban mati lemas atau terinjak-injak hingga meninggal ketika mencoba mencapai pintu darurat.

Para korban diperingati di seluruh Indonesia

Para korban diperingati di seluruh Indonesia.
Aliansi Gambar / NoorPhoto


“Hal yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa bencana ini bisa dicegah jika polisi menghindari kekerasan yang berlebihan dan tidak perlu,” komentar surat kabar Jakarta Post, seraya menambahkan bahwa seseorang harus bertanggung jawab atas “bab kelam dalam sepak bola Indonesia” ini. Jika perlu, akan dibawa ke pengadilan. Phil Robertson, wakil direktur Asia di LSM Human Rights Watch, menyatakan bahwa “Peraturan FIFA sendiri melarang penggunaan ‘gas pengontrol penonton’ di stadion”. Namun, otoritas lokal dan asosiasi nasional dapat memutuskan peraturan keselamatan mereka sendiri untuk kompetisi mereka; Dalam hal ini, peraturan FIFA hanya berlaku sebagai rekomendasi.

Perhelatan olahraga besar terancam hilang akibat gas air mata di Indonesia

Memahami tragedi ini dan potensi konsekuensi hukum bagi mereka yang bertanggung jawab juga akan menentukan masa depan Indonesia sebagai negara olahraga. Piala Dunia U-20 akan diadakan di negara kepulauan itu tahun depan, dan Indonesia juga telah mengajukan permohonan untuk menjadi tuan rumah Kejuaraan Asia pada tahun 2023. “Dampak tragedi Malang akan sangat luas,” prediksi Jakarta Post. Negara ini terancam larangan menjadi tuan rumah pertandingan internasional, “terutama karena penggunaan gas air mata, yang dilarang keras berdasarkan peraturan FIFA.”