Bersatu dalam duka. Karena di laut ada musuh yang berbahaya bagi semua. Tidak peduli apa ilmu mengemudi. laut…
Kiel – Kawan-kawan kapal selam Jerman berduka atas 53 orang yang tewas dalam bencana kapal selam Jerman KRI Nanggala di tugu peringatan kapal selam di Möltenort. Bangkai kapal yang hilang sejak 21 April itu ditemukan Sabtu lalu di kedalaman lebih dari 800 meter di lepas pantai Bali. Sehari kemudian, para korban diumumkan meninggal.
Koneksi kapal ke Jerman sangat bagus. Awak pertama dilatih di sini pada awal 80-an. Kapten terakhir berlatih dengan angkatan laut di Jerman.
Bersama dengan Skuadron Kapal Selam 1, Asosiasi Kapal Selam Jerman (VDU) menyelenggarakan peringatan di peringatan kapal selam di Moltnort (dekat Kiel). Pedoman Corona hanya mengizinkan kelompok peserta terbatas, dan skuadron kapal selam dan VDU muncul hanya dengan delegasi kecil.
Perwakilan tertinggi Angkatan Laut adalah komandan Einsatzflottille 1, Laksamana Flotilla Christian Bock. Staf Angkatan Laut Internasional saat ini dari Akademi Kepemimpinan melakukan perjalanan dari Hamburg, termasuk tiga peserta dari Indonesia, dengan Pemimpin Kursus dan Mayor Jenderal Oliver Kohl, Komandan Akademi. RI diwakili oleh Dubes Arif Havas Ojrosino, Atase Pertahanan Kolonel Allen Putra bersama istri dan Konjen Adrian Wikasono.
Dalam pidatonya, kepala VDU, pensiunan Kapten Michael Setzer, menunjukkan bahaya mengemudi kapal selam, yang suka ditekan dalam kehidupan sehari-hari di laut. Meskipun praktek memerangi situasi berbahaya beberapa kali sehari, dalam kondisi buruk dan meskipun kehadiran kru terlatih, bencana seperti yang terjadi di Indonesia sekarang terjadi. “Kami turut berduka untuk mereka dan masyarakat Indonesia,” katanya kepada keluarga dari 53 korban.
Dubes Arif Havas Uigrosino juga menyampaikan duka dan duka seluruh rakyat Indonesia dan mengartikan cuaca hujan di atas Selat Kiel sebagai pertanda surga yang juga menangis.
Di akhir upacara, seorang terompet Marinir memainkan lagu Sahabat Yang Baik, yang jelas membuat semua yang hadir terharu. Dalam acara perpisahan pribadi para tamu Indonesia, rasa syukur mereka atas peringatan dan kenangan indah dari kawan-kawan yang meninggal sangat terlihat.
Hanya tiga setengah tahun yang lalu, upacara peringatan ini diperingati untuk para pelaut ARA San Juan yang tinggal jauh di Atlantik. Dalam kedua acara tersebut, VDU dapat mengandalkan dukungan dari Volksbund Deutsche Kriegsgräberfürsorge e. V. Sebagai tuan rumah dan kepanitiaan Yayasan UEM.
More Stories
Para migran tinggal di pulau tropis terpencil: ‘Terkadang mereka merasa sedikit kesepian’
Pekan Film Indonesia di FNCC – Allgemeine Zeitung
Seorang binaragawan meninggal setelah mengalami kecelakaan menggunakan dumbel seberat 210 kg