Ruang diskusi dimana kita bisa melihat bersama bagaimana film tumbuh dan beroperasi di Bandung.
Bioskop dibuka kembali dan penonton dapat kembali menikmati film di depan umum. Menonton film di depan umum merupakan kesempatan istimewa untuk pertukaran informasi dan kajian budaya. Film tidak hanya menyajikan cerita, drama, aksi, sinematografi, dan pengalaman imajinatif atau emosional, namun juga dapat dipahami sebagai gambaran kedaerahan.
Dalam serial “Europe on Screen” di Bandung, bekerja sama dengan Gelang Nur Rahman (dari Komisi Film Bandung) dan Jurivana Ajiza (BahasiNima), kami memulai ruang diskusi sebagai pembuka festival film bertajuk “Adegan Film dan Kisahnya”. Peran”. Film di Bandung Bagaimana kondisi dunia film di Bandung pada masa pandemi dan pasca pandemi, serta apa peran dan dampak film tersebut bagi penontonnya?
Gelang Nur Rahman Bergelut di bidang marketing, branding dan media sejak tahun 2010. Ia juga telah membuat film dan aktif di komunitas film sejak tahun 2007. Kiprahnya bersama tim sudah terlihat dari Bandung hingga Paris. Ia meyakini film merupakan salah satu cara efektif untuk memberikan kontribusi positif bagi peradaban dan pemikiran bangsa.
Gorivana Agiza, yang akrab disapa Icha, merupakan mahasiswa magister Fakultas Ilmu Budaya Universitas Parahyangan. Selama masa studinya ia mengikuti Synesophia, sebuah kelompok diskusi film di Fakultas Seni. Sejak tahun 2015, ia bersama beberapa temannya mendirikan Bahasinema (Film Society), yang fokus pada pemutaran film dan kajian.
Pada tahun 2019 menjadi salah satu desainer program “Jogja-NETPAC Asian Film Festival” (JAFF) dan pada tahun 2021 menjadi juri “Festival Film Indonesia” (FFI) kategori Cerita Film Pendek.
di belakang
More Stories
Para migran tinggal di pulau tropis terpencil: ‘Terkadang mereka merasa sedikit kesepian’
Pekan Film Indonesia di FNCC – Allgemeine Zeitung
Seorang binaragawan meninggal setelah mengalami kecelakaan menggunakan dumbel seberat 210 kg