SAYAIndonesia telah mengalami tahun-tahun yang penuh gejolak sejak memperoleh kemerdekaan dari pemerintahan kolonial. Tindakan kekerasan, yang kebrutalannya terkadang melebihi batas yang dapat dibayangkan, terus berulang. Hingga saat ini, negara ini masih kesulitan dalam hal pengolahan. Oleh karena itu, bukanlah sebuah langkah kecil ketika Presiden Joko Widodo menyatakan “penyesalannya yang mendalam” pada hari Rabu atas pelanggaran berat hak asasi manusia di negara ini di masa lalu. Presiden berusia 61 tahun itu antara lain menyebutkan penganiayaan terhadap komunis dan simpatisannya pada tahun 1965 dan 1966. Menurut perkiraan, antara beberapa puluh ribu hingga tiga juta orang terbunuh.
Selama bertahun-tahun, para korban dan keluarga mereka telah menyerukan kepada pemerintah untuk menghadapi masa lalu ini. Widodo bukanlah presiden pertama yang mengungkapkan penyesalannya, namun ia telah melangkah lebih jauh dibandingkan para pendahulunya. “Dengan pikiran jernih dan hati yang lurus, saya mengakui bahwa telah terjadi pelanggaran HAM berat dalam banyak kasus,” kata Widodo dalam konferensi pers di luar istana kepresidenan di ibu kota, Jakarta. “Saya merasakan simpati dan simpati terhadap para korban dan keluarganya.” Aktivis hak asasi manusia menyambut baik kata-kata presiden tersebut, namun menganggapnya “terlambat” dan tidak cukup. Mereka menuntut agar penyelidikan dibuka atas kejadian tersebut, agar pelaku diadili, dan korban diberi kompensasi.
“Penggemar twitter yang bangga. Introvert. Pecandu alkohol hardcore. Spesialis makanan seumur hidup. Ahli internet.”
More Stories
Hari pertama Piala Dunia di Singapura dibatalkan karena buruknya udara
Asap mematikan menyelimuti Indonesia – DW – 28 Oktober 2015
Indonesia: Situasi penyandang disabilitas intelektual masih genting