Tiga wanita muda Indonesia, termasuk dua anggota milisi bersenjata, di Yogyakarta pada tahun 1947.
Gambar: Arsip Nasional/Collectee Spa
Kentang panas berikutnya sudah menunggu: Rijksmuseum sedang mendedikasikan sebuah pameran untuk Perang Kemerdekaan Indonesia melawan kekuasaan kolonial Belanda.
EKenangan bisa mematikan. Di salah satu halaman terakhir album foto kecil yang selalu ia bawa, “Pembakaran!”, “Eri!” karya pejuang kemerdekaan muda Sudarso Nasruth! menulis kata, tidak ada keraguan bahwa album itu akan dihancurkan. Di tangan yang salah itu tidak akan hancur. Karena buku persahabatan, semacam album puisi bergambar, seperti Nasrudin, banyak memuat foto-foto perempuan dan laki-laki yang berjuang untuk Indonesia merdeka, sebagian di kesatuan militer, sebagian di bawah tanah.
Bagi pemiliknya, album itu adalah penghiburan di masa-masa sulit, sumber bagi Dinas Rahasia Belanda, yang dievaluasi dan dilengkapi dengan catatan tulisan tangan. Belum diketahui apakah ada penangkapan yang dilakukan. Setengah abad setelah pengambilan gambar, album tersebut menjadi koleksi foto negara di Belanda. Sampai hari ini ia menyandang label dengan catatan tulisan tangan: “Pemilik digantung”.
“Ahli web. Pemikir Wannabe. Pembaca. Penginjil perjalanan lepas. Penggemar budaya pop. Sarjana musik bersertifikat.”
More Stories
The Essential Guide to Limit Switches: How They Work and Why They Matter
Kemiskinan telah diberantas melalui pariwisata
Beberapa minggu sebelum pembukaan: Indonesia berganti kepala ibu kota baru