Indonesia telah berkomitmen terhadap “pasokan batubara yang tidak terputus” ke Filipina, khususnya jika terjadi kendala pasokan, dengan permintaan yang terus pulih, kata Departemen Energi (DOE) pekan lalu.
Setelah pertemuan badannya dengan anggota lain dari kawasan pertumbuhan ASEAN Timur Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Filipina (BIMP-Eaga), Menteri Energi Rafael Lutela menjelaskan kepada wartawan bahwa negara tetangganya akan memastikan bahwa Filipina “terus memiliki akses terhadap pasokan batu bara reguler.”
“Seperti diketahui, sekitar 80 persen pasokan batubara kita untuk pembangkit listrik tenaga batubara dan non-energi bersumber dari luar negeri. Itu impor,” kata Lotila seraya menambahkan bahwa 98 persen batubara impor berasal dari Indonesia.
Pada bulan Agustus, DOE bertemu dengan anggota negara-negara BIMP-Eaga pada Pertemuan Menteri Energi ASEAN ke-41 tentang Keamanan dan Interkoneksi Energi Berkelanjutan.
Lotila mengatakan impor batu bara dari Indonesia merupakan salah satu diskusi besar, karena Filipina masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk energinya.
Meskipun pemerintah pusat berencana untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi dari 22 persen saat ini menjadi 35 persen pada tahun 2030 dan 50 persen pada tahun 2040, Lutila sendiri sebelumnya mengakui bahwa Filipina tidak dapat segera mempensiunkan pembangkit listriknya karena negara tersebut memiliki batubara.
Batubara mewakili hampir 60 persen dari total kapasitas listrik yang tersedia sebesar 28,3 gigawatt secara nasional.
Komitmen Indonesia ini muncul setelah pasokan untuk keperluan rumah tangga stabil pascapandemi.
Pada bulan Januari 2022, Indonesia memberlakukan larangan ekspor batu bara selama sebulan karena sebuah perusahaan listrik milik negara menyesali penurunan pasokan listriknya.
Menteri Energi Alfonso Cusi kemudian meminta Indonesia untuk mengakhiri moratorium tersebut, dengan mengatakan bahwa kebijakan tersebut akan “merugikan negara-negara yang bergantung pada sistem pembangkit listrik tenaga batu bara, seperti Filipina.”
Pemerintah Indonesia kemudian mencabut larangan tersebut, setelah eksportir batubara mematuhi aturan kewajiban pasar lokal dan permintaan dalam negeri terpenuhi.
“Sekarang mereka telah memberikan jaminan bahwa mereka akan memastikan pasokan kami tidak terputus…Bagi anggota BIMP-Eaga seperti Filipina yang mengimpor batubara dari Indonesia, kami dapat mengaturnya jika ada [supply] “Pembatasan,” kata Lotella.
Pada tahun 2021, Filipina mengimpor 31,24 juta metrik ton batu bara, termasuk 30,6 juta metrik ton dari Indonesia.
More Stories
Pasar Saham Menjanjikan: Indonesia yang Diinginkan
Lalu Lintas Udara – Kemungkinan 62 orang tewas setelah kecelakaan pesawat di Indonesia – Ekonomi
Indonesia mengurangi ekspor minyak sawit dan meningkatkan tekanan harga