Perusahaan Jerman Rheinmetall di Dusseldorf kini telah memperoleh izin untuk mengekspor 104 tank tempur “Leopard 2” ke Indonesia. Hal ini disetujui oleh Dewan Keamanan Federal, yang bertemu secara rahasia. Hal ini terjadi karena Kementerian Ekonomi Federal menanggapi permintaan anggota Partai Hijau di Bundestag, Katja Keul.
Spiegel Online pertama kali melaporkan tanggapan pemerintah federal. Juga disetujui untuk mengekspor total sepuluh tank untuk pemulihan, instalasi jembatan dan rekayasa. Ada juga 50 pengangkut personel lapis baja Marder 1A2.
Pemerintah Indonesia sudah menyatakan minat besar terhadap tank tempur asal Jerman pada tahun lalu. Namun pemerintah federal tidak menonjolkan diri selama berbulan-bulan. Kesepakatan dengan Indonesia telah dibahas pada kunjungan Kanselir Angela Merkel ke Jakarta pada Agustus 2012.
Kritik terhadap oposisi Indonesia
Pihak oposisi di Jakarta sudah skeptis terhadap perjanjian tersebut pada saat itu. Anggota parlemen Indonesia Hilmi Fuzi, anggota Komite Pertahanan, mengatakan kepada Deutsche Welle bahwa tank Leopard tidak cocok untuk Indonesia karena terlalu berat untuk jalanan di sana. Selain itu, Indonesia belum memiliki kapal angkut yang cocok untuk tank tempur berukuran besar. Negara kepulauan di Asia Tenggara ini dikenal di seluruh dunia sebagai “Negeri Seribu Kepulauan.”
Namun, Fawzi pada dasarnya tidak menentang kesepakatan senjata ini. “Indonesia membutuhkan tank yang lebih ringan dan lebih kecil,” jelas anggota partai oposisi terbesar, PDI-P. Awalnya ada diskusi hangat mengenai pembelian tank tersebut di Komite Pertahanan. Namun mayoritas akhirnya memutuskan untuk mendukung hal ini karena tentara sangat membutuhkan peralatan modern.
Organisasi hak asasi manusia telah mengkritik rencana kesepakatan senjata tersebut pada saat itu. Valeska Ebeling dari Survival International mengatakan organisasinya prihatin dengan situasi hak asasi manusia di Indonesia, khususnya di Papua Barat, di mana masyarakat adat telah dianiaya selama beberapa dekade. “Kami ingin Jerman menerima tanggung jawabnya dan juga mengatasi masalah hak asasi manusia dengan Indonesia.”
Masalah gengsi
Menurut pakar keamanan, tentara Indonesia tertarik membeli tank tempur berat karena negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah memiliki senjata tersebut. Memiliki tank “Cheetah” penting untuk alasan prestise. Buyingki Indarti dari organisasi hak asasi manusia Indonesia Embarsial menggambarkan pembelian tangki tersebut sebagai pemborosan uang. Kontrak senjata harus ditentukan berdasarkan kriteria obyektif, bukan kriteria politis. Transparansi penting untuk mencegah korupsi.
Semula Indonesia ingin membeli tank Leopard dari Angkatan Darat Belanda. Namun mayoritas anggota parlemen Belanda menolak kesepakatan senjata tersebut pada awal tahun 2012, dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Juru bicara TNI saat itu berkomentar ada tawaran lain, khususnya dari Jerman. Kini pemerintah federal telah membuka jalan bagi tindakan ini.
More Stories
Pasar Saham Menjanjikan: Indonesia yang Diinginkan
Lalu Lintas Udara – Kemungkinan 62 orang tewas setelah kecelakaan pesawat di Indonesia – Ekonomi
Indonesia mengurangi ekspor minyak sawit dan meningkatkan tekanan harga