- Penyelidik antikorupsi Indonesia pekan lalu menangkap gubernur provinsi Sulawesi selatan, Noor Abdullah, karena diduga menggelapkan proyek jalan yang akan datang di provinsi tersebut.
- Mereka menuduh suap setidaknya 2 miliar rupee ($ 140.000) untuk memberikan kontrak kepada pengembang lokal, sementara perusahaan lain memberikan 3,4 miliar rupee (8.000 238.000) dalam kontrak lain.
- Aktivis lingkungan meminta badan tersebut untuk memperluas penyelidikan untuk memasukkan proyek infrastruktur lain yang disetujui oleh Noord.
- Korupsi dalam proyek infrastruktur biasa terjadi di Indonesia, dengan para pemimpin daerah seperti gubernur dan bupati mengembalikan uang ke partainya atau menggunakannya untuk mendanai kampanye pemilihan ulang.
MAKASAR, Indonesia – Aktivis lingkungan telah meminta penyidik menyelidiki semua proyek infrastruktur yang disetujui oleh seorang gubernur provinsi yang ditangkap pekan lalu karena diduga menyuap sebuah perusahaan konstruksi.
Eddie Rahmat, sekretaris Noordin, dan Agung Susipto, direktur perusahaan konstruksi, juga didakwa terkait penggerebekan pada 26 Februari oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pengembangan pariwisata.
Menurut penyidik, Nurdin menerima suap sebagai ganti janji untuk mempercepat desain rekayasa proyek, memprioritaskannya pada anggaran Sulawesi Selatan 2022, dan akhirnya menyerahkan kontrak kepada BD Agung Bertana Pulukumba. Perusahaan, senilai total 72,5 miliar rupee ($ 5,1 juta), telah memberikan empat kontrak pembangunan jalan di bawah Noordin sejak 2019.
Noordin, yang memenangkan Penghargaan Anti-Korupsi pada tahun 2017, juga menghadapi tuduhan menerima 3,4 miliar rupee (8.000 238.000) sebagai suap dari perusahaan konstruksi lain.
Berbicara kepada wartawan di Jakarta setelah penangkapan gubernur, Eki Primayoga, peneliti Pengawas Anti Korupsi Indonesia, mengatakan:
Korupsi biasa terjadi pada proyek infrastruktur di seluruh Indonesia. Data dari ICW Menunjukkan jumlah kasus korupsi yang terdaftar terkait proyek pekerjaan umum meningkat dari 106 kasus pada 2015 menjadi 167 pada 2018.
Eki KPK dari ICW telah diminta untuk menyelidiki dugaan korupsi dalam proyek pelabuhan baru McCarthy, termasuk penggalian di Pulau Codingreng. Di antara kontraktor untuk proyek ini adalah perusahaan penggalian B.T. Bondeng Lot Indonesia, P.D. Nukra Indonesia Timur dan P.D., anak perusahaan dari Dutch Royal Boscalis Westminster. Boscalis International Indonesia.
“Nordin dikatakan telah menekan karyawannya agar perusahaan tersebut dapat dengan mudah mengenali ambisinya,” kata Eki, mengacu pada analisis dampak lingkungan yang diperlukan untuk proyek tersebut.
“Rencana Strategis Nasional” McCormack 90 triliun rupee ($ 6,3 miliar) inisiatif pelabuhan baru berusaha untuk mengubah 1.428 hektar (3.529 hektar) garis pantai kota menjadi pelabuhan baru pada tahun 2025, termasuk reklamasi tanah, dengan pembangun menggali pasir dari Kepulauan Sankarrang di dekatnya .
Tetapi penggalian, yang dimulai pada Februari 2020, telah mengganggu daerah penangkapan ikan tradisional, yang menyebabkan tangkapan kecil dan hilangnya pendapatan bagi nelayan, kata aktivis masyarakat dan lingkungan.
Akhir tahun lalu, kelompok masyarakat sipil meminta KPK untuk menyelidiki gubernur atas kasus korupsi tambang pasir, kata Mera Johanzia, koordinator kelompok propaganda Jaringan Pertambangan Pertambangan Indonesia (JATAM). Diungkap pada 1 Maret. Dalam laporannya, dua anggota Panitia Kampanye Pemilu 2018 Noordin menjabat sebagai direktur perusahaan penggalian. Sepanjang 2018-2019, Jatham mencatat 15 izin penambangan dan eksplorasi pasir yang dikeluarkan Gubernur.
Mohammed al-Amin, direktur pelaksana kegiatan amal sukarela untuk Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) cabang Sulawesi Selatan, mengatakan penangkapan Noordin adalah penilaian utama dari tanda-tanda korupsi dan bahwa pekerjaan pada semua proyek infrastruktur yang disetujui oleh gubernur harus ditangguhkan.
Amin mengatakan kasus Nurdin merupakan tanda korupsi oleh elit penguasa di seluruh Indonesia. Selain menjual izin dan konsesi lahan kepada perusahaan perkebunan dan pertambangan, para pemimpin daerah, seperti gubernur dan bupati, juga mengembangkan proyek infrastruktur dengan imbalan suap, yang kemudian mereka keluarkan anggota partainya atau gunakan untuk mendanai kampanye pemilihan mereka.
“Rencana strategis nasional itu berpotensi dimanfaatkan elit politik untuk kepentingannya sendiri,” kata Amin.
Kisah tersebut pertama kali dilaporkan oleh kelompok Indonesia di Mongabai Sini Tentang kami Situs indonesia Pada 1 Maret 2021.
Umpan balik: Gunakan formulir ini Kirim pesan ke penulis posting ini. Jika Anda ingin memposting komentar umum, Anda dapat melakukannya di bagian bawah halaman.
More Stories
The Essential Guide to Limit Switches: How They Work and Why They Matter
Kemiskinan telah diberantas melalui pariwisata
Beberapa minggu sebelum pembukaan: Indonesia berganti kepala ibu kota baru