Berita Utama

Berita tentang Indonesia

Tesla diyakini membeli miliaran sen di Indonesia

Tesla diyakini membeli miliaran sen di Indonesia

Tesla telah menandatangani kesepakatan senilai sekitar $5 miliar untuk membeli bahan baterai dari prosesor nikel di Indonesia, menurut seorang menteri senior pemerintah Indonesia.

Tesla telah menandatangani kontrak lima tahun dengan prosesor nikel yang beroperasi di Morowali di pulau Sulawesi. Sebuah laporan Reuters menyatakan bahwa nama-nama perusahaan dan jumlah pembelian tidak diketahui.

“Kami masih dalam tahap negosiasi dengan Tesla, tetapi mereka sudah mulai membeli produk premium dari Indonesia,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjitan dalam wawancara dengan siaran CNBC Indonesia, Senin. Pandjaitan kemudian menyatakan bahwa Tesla telah menandatangani kontrak tersebut selama lima tahun, tetapi tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Tesla tidak menanggapi permintaan dari Reuters tentang komentar wawancara.

Seperti diberitakan, Tesla juga tampaknya sedang mempertimbangkan untuk mendirikan pabrik baterai dan kendaraan listrik di Indonesia. Elon Musk dan Presiden Indonesia Joko Widodo bertemu pada Mei tahun ini.

– iklan –

maya

Indonesia memiliki cadangan nikel yang besar dan sedang berusaha untuk menyelesaikan pemrosesan bahan lebih lanjut di negaranya – melalui pabrik baterai, tetapi juga pabrik mobil untuk mobil listrik. Untuk menjamin pasokan bagi industri yang sedang berkembang, Indonesia bahkan sempat menghentikan ekspor bijih nikel untuk sementara waktu.

Akibatnya, beberapa perusahaan Asia telah mengumumkan investasi signifikan dan proyek nyata untuk e-mobilitas di Indonesia, termasuk Hyundai Motor Group dan pembuat baterai LG Energy Solution dari Korea Selatan, serta raksasa industri China CATL. Selain itu, Toyota kemungkinan akan berencana mendirikan pabrik kendaraan hybrid dan listrik.

Sebelumnya pada bulan Agustus, Tesla telah menandatangani kontrak baru untuk kobalt dengan dua pemasok China yang ada.
@reuters.com

READ  Bagaimana virus Corona bisa menjadi lebih berbahaya?