Berita Utama

Berita tentang Indonesia

Ukraina membunuh puluhan tentara Rusia – dipaksa berdiri di lapangan terbuka

Ukraina membunuh puluhan tentara Rusia – dipaksa berdiri di lapangan terbuka

Puluhan tentara Rusia tewas dalam serangan Ukraina. Tampaknya alasannya adalah keputusan penting dari pemimpin mereka.

Menurut laporan media, puluhan tentara tewas dalam serangan rudal Ukraina di area pelatihan militer yang dikuasai Rusia di wilayah Donetsk. Penyebab tingginya angka kematian tampaknya karena perintah dari seorang jenderal Rusia.

Menurut laporan dari BBC dan blogger militer Rusia, tentara Ukraina menembaki pasukan senapan infanteri mekanis dari Transbaikalia, wilayah Siberia di sebelah timur Danau Baikal. Mereka dikatakan berdiri di lapangan terbuka karena seharusnya menunggu pemimpinnya. Demikian dikatakan Jenderal Oleg Moiseev, Komandan Angkatan Darat ke-29 Distrik Militer Timur.

Dari foto dan video kejadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sejumlah besar kematian – setidaknya 60 orang – dilaporkan oleh Kantor Berita Jerman (DPA). Awalnya, tidak ada informasi mengenai kejadian tersebut yang diterima dari Moskow. Namun blogger militer Rusia membenarkan serangan tersebut.

Tentara berbaris di lapangan terbuka

Insiden tersebut dikatakan terjadi pada Selasa sore di dekat desa Trudevsky di wilayah Volnovakha. Pasukan Rusia telah menginvasi wilayah tersebut tak lama setelah pecahnya perang agresif yang diperintahkan oleh Presiden Kremlin Vladimir Putin. Jaraknya sekitar 20 kilometer dari garis depan saat ini.

BBC mengutip salah satu korban yang selamat yang mengatakan: “Komandan menempatkan kami di tempat terbuka.” Kemudian dua rudal dari peluncur roket ganda Himar AS dikatakan jatuh.

Saluran “Rebar” Rusia di Telegram, yang dianggap dekat dengan Kementerian Pertahanan, juga berbicara tentang serangan itu. Selain kelalaian petugas, saluran tersebut juga mengeluhkan bahwa para penyintas telah mempublikasikan foto-foto tersebut: sehingga musuh memperoleh materi propaganda.

Blogger militer terbunuh setelah laporan Avdiivka

Morozov, yang dianggap ultra-konservatif, mengomentari perang di Telegram dengan nama samaran Morz dan telah berperang sebagai tentara melawan Ukraina sejak 2014.