JAKARTA (Reuters) – Hampir empat bulan setelah kudeta di Myanmar, Uni Eropa ingin meningkatkan tekanan terhadap junta dengan sanksi baru.
Pada hari Kamis, perwakilan urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan kepada kantor berita Reuters setelah berkonsultasi dengan perwakilan dari Persatuan Asia Tenggara (ASEAN) di ibukota Indonesia Jakarta, bahwa putaran ketiga tindakan hukuman sedang dipersiapkan, dan dijadwalkan akan diluncurkan pada hari-hari mendatang. Sanksi akan ditujukan kepada perwakilan dewan militer dan terhadap lembaga yang mewakili kepentingan ekonomi militer. Perwakilan Myanmar untuk ASEAN mendesak junta untuk mengakhiri penindasan terhadap oposisi dan gerakan demokrasi dan memungkinkan kembalinya pemilihan umum yang bebas dan adil.
Setelah kudeta pada 1 Februari, Uni Eropa memberlakukan larangan masuk terhadap 21 personel junta militer dan sipil serta aset yang dibekukan. Transaksi keuangan anggota dewan militer yang terkena dampak juga dilarang. Putaran sanksi terbaru pada bulan April menargetkan dua kelompok perusahaan milik militer: investor dan bank Uni Eropa dilarang melakukan bisnis dengan mereka. Kudeta telah menjerumuskan negara Asia Tenggara itu ke dalam krisis baru setelah satu dekade langkah lambat menuju demokrasi. Tentara menggunakan kekuatan untuk melawan demonstrasi massa.
More Stories
Pasar Saham Menjanjikan: Indonesia yang Diinginkan
Lalu Lintas Udara – Kemungkinan 62 orang tewas setelah kecelakaan pesawat di Indonesia – Ekonomi
Indonesia mengurangi ekspor minyak sawit dan meningkatkan tekanan harga