Berita Utama

Berita tentang Indonesia

Indonesia menganggap kartel nikel: OPEC sebagai panutan

Indonesia menganggap kartel nikel: OPEC sebagai panutan

ASalah satu negara demokrasi besar di Asia, yang diandalkan oleh Jerman dan Eropa sebagai negara mitra, sedang mempertimbangkan untuk membentuk kartel untuk komponen terpenting dalam pembuatan mobil listrik dan produksi baja: Pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan untuk membentuk kartel bagi negara-negara yang memasok nikel dan bahan baku baterai lainnya. Organisasi ini dapat diatur serupa dengan Asosiasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

“Indonesia akan menjadi produsen utama produk nikel, termasuk baterai kendaraan listrik,” kata Presiden Joko Widodo. Negaranya dijadwalkan menjadi tuan rumah KTT G20 pada pertengahan bulan depan, negara industri terpenting di dunia. Hal ini juga akan membahas tentang rantai pasokan, diversifikasi dan peningkatan proteksionisme.

“Saya melihat manfaat dari pembentukan OPEC untuk mengelola perdagangan minyak dan memastikan prediktabilitas bagi calon investor dan konsumen,” kata Bahlil Lahadalia, menteri investasi negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara. “Indonesia sedang menjajaki kemungkinan untuk menciptakan struktur serupa untuk mineral kita yang ada, termasuk nikel, kobalt, dan mangan,” kata menteri tersebut seperti dikutip Financial Times.

Namun, Lahadalia akan menghadapi masa sulit: Indonesia adalah pemasok nikel terbesar di dunia. Namun negara terbesar kedua, Rusia, diikuti oleh Australia dan Kanada, kemungkinan besar tidak akan menyetujui usulan kartel tersebut. Jakarta telah memberlakukan larangan ekspor bijih nikel sejak tahun 2020. Tujuannya adalah untuk membawa lebih banyak industri manufaktur ke dalam negeri dan dengan demikian menciptakan lebih banyak lapangan kerja.